Blogs

Disaster Recovery Plan, Penyelamat Sewaktu Hal yang Tidak Diinginkan Terjadi

Blog Single

Dalam dunia IT, sama seperti dunia nyata, kita harus mempunyai rencana cadangan dan penanggulangan bencana apabila seketika ada kejadian yang tidak bisa diinginkan. Baik berbentuk human error atau murni kesalahan sistem yang tidak bisa kita hendaki, tentu kita perlu perencanaan yang tepat agar data-data sensitif yang kita miliki tidak hilang atau bahkan tercuri. Selain itu, meski downtime yang dialami oleh sistem kita hanya sekejap, tetap saja berpengaruh pada user experience konsumen, produktivitas pekerja kita karena kendala downtime, juga yang paling kita ingin hindari adalah hilang atau hancurnya data.

Menggunakan perencanaan bencana dan pemulihan atau Disaster Recovery Plan (DRP), Anda dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk menghindari konsekuensi dari downtime atau bahkan ancaman di dalamnya. Mari kita pahami terlebih dahulu mengenai disaster recovery plan.

 

Apa itu backup dan disaster recovery?

Disaster Recovery Plan selalu beriringan dengan back-up. Namun ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya, yaitu Back-Up merupakan proses membuat salinan data tambahan. Melakukan back-up membuat Anda dapat mencadangkan data agar bisa melindunginya. Dengan begitu, apabila ada kerusakan database atau masalah dengan sistem/software itu sendiri, Anda mempunyai data cadangan sesuai dengan terakhir kali Anda melakukan back-up.

Disaster Recovery Plan mengacu pada rencana dan proses untuk membangun kembali akses dengan cepat ke aplikasi, data, dan sumber daya TI pasca bencana telah terjadi. Rencana tersebut melibatkan pengalihan ke sekumpulan server dan sistem penyimpanan yang berlebihan sampai pusat data utama Anda berfungsi kembali.

Keduanya sama penting dan perlu dilakukan agar keamanan terjaga secara maksimal. Tumpang tindih antara keduanya dapat membuat pemulihan pasca bencana memakan waktu lebih lama dan kemungkinan data yang hilang atau bahkan tercuri menjadi lebih besar karena back-up dan disaster recovery plan saling menguatkan satu sama lain.

 

Istilah-istilah penting

Memahami beberapa istilah penting bisa membantu Anda membuat keputusan strategis. Tak hanya itu, istilah-istilah tersebut juga dapat memungkinkan Anda mengevaluasi backup dan disaster recovery.

  • Recovery time objective (RTO) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan operasional bisnis setelah terjadi masalah. Saat Anda mengatur RTO, Anda perlu mempertimbangkan berapa banyak waktu yang mungkin akan termakan.

RTO sendiri bermacam-macam tergantung jenis perusahaan. Sebagai contoh, jika perpustakaan umum kehilangan data katalog, mungkin membutuhkan waktu berhari-hari untuk memulihkan semuanya menjadi normal. Namun jika penjual online kehilangan sistem inventaris, mereka mungkin hanya akan kehilangan 10 menit untuk disaster recovery.

  • Recovery point objective (RPO) merujuk pada jumlah data yang Anda maklumi ketika terjadi bencana.Anda mungkin perlu menduplikasi data ke data center lain, sehingga operasional bisnis tetap berjalan seperti biasa meskipun terjadi isu. Atau mungkin Anda berpikir kehilangan lima menit atau satu jam masih dapat diterima.
  • Failover adalah proses disaster recovery yang secara otomatis memindahkan tugas ke siste mcadangan dengan cara yang mulus. Anda mungkin beralih dari pusat data primer ke situs sekunder, dengan sistem yang siap untuk mengambil alih.
  • Restore adalah proses mentransfer data cadangan ke sistem utama atau pusat data Anda. Proses restore umumnya dianggap sebagai bagian dari backup daripada disaster recovery.
  • Disaster recovery as a service (DRaaS) adalah pendekatan terkelola untuk disaster recovery. Pihak ketiga bertanggung jawab dan mengelola infrastruktur yang digunakan untuk disaster recovery. Beberapa penawaran DRaaS mungkin termasuk menyediakan alat untuk mengelola proses disaster recovery, atau memungkinkan perusahaan untuk mengatur proses tersebut untuk mereka

Jenis Back-Up dan Disaster Recovery Plan

Cloud

Backup berbasis cloud dan disaster recovery menjadi banyak digunakan oleh berbagai jenis perusahaan. Banyak cloud menyediakan infrastruktur untuk menyimpan data. Bahkan pada beberapa kasus, vendor juga menyediakan peralatan untuk mengelola backup dan proses disaster recovery.

Dengan memilih backup berbasis cloud atau disaster recovery, Anda dapat menghindari modal yang besar untuk infrastruktur serta biaya pengelolaannya. Selain itu, Anda mendapatkan skalabilitas yang cepat untuk menjaga keamanan data jika terjadi bencana.

Backup berbasis cloud atau disaster recovery dapat dilakukan secara on-premise atau cloud. Anda dapat memilih untuk hanya menyimpan data yang di-backup di cloud sambil mempertahankan lingkungan produksi di pusat data Anda sendiri. 

Dengan pendekatan hybrid seperti ini, Anda masih mendapatkan keuntungan dari skalabilitas tanpa harus berpindah lingkungan produksi. Dalam model cloud-to-cloud, produksi dan pemulihan bencana berada di cloud, meskipun di lokasi yang berbeda.

On-premise

Dalam beberapa kasus, menyimpan backup atau disaster recovery secara on-premise dapat membantu Anda mengambil data dan memulihkan layanan TI dengan cepat. Menyimpan beberapa data sensitif secara on-premise mungkin juga tampak menarik jika Anda memiliki keharusan untuk mematuhi peraturan privasi data atau regulasi industri.

Untuk disaster recovery, rencana yang sepenuhnya bergantung pada on-premise akan menjadi sebuah tantangan tersendiri. Jika terjadi bencana alam atau pemadaman listrik, seluruh pusat data Anda jelas akan terpengaruh. Itulah mengapa sebagian besar strategi disaster recovery menggunakan situs sekunder yang agak jauh dari pusat data primer. 

Ada kebutuhan mengenai implementasi Cloud dan managemen resikonya? Segera hubungi kami di sales@btech.id atau +62-811-1123-242 serta kunjungi laman kami di www.btech.id!