Blogs

Praktik Terbaik Keamanan Open-Source: Cara Melindungi Software Supply Chain di Tahun 2025

Blog Single

Perangkat lunak open-source (OSS) telah menjadi fondasi dunia digital modern. Dari aplikasi kecil hingga platform enterprise, para developer mengandalkan library open-source untuk mempercepat pengembangan dan mempermudah inovasi. Namun, ketergantungan ini juga menghadirkan risiko keamanan yang besar. Satu kerentanan dalam sebuah komponen open-source dapat membuka celah bagi ribuan bahkan jutaan sistem.

Seiring meningkatnya ancaman siber, mengamankan komponen open-source menjadi tanggung jawab penting bagi setiap organisasi. Artikel ini membahas pentingnya keamanan open-source, risiko yang umum ditemui, serta praktik terbaik dan alat yang perlu diterapkan untuk membangun postur keamanan yang kuat dan tahan terhadap serangan.


Mengapa Keamanan Open-Source Sangat Penting

Aplikasi modern dibangun seperti puzzle kompleks—terdiri dari berbagai library, framework, dan dependency eksternal. Meskipun open-source memberikan fleksibilitas dan kecepatan, komponen ini juga memperluas permukaan serangan.

Beberapa insiden besar membuktikan bahayanya:

  • Log4Shell (Log4j) — kerentanan eksekusi kode jarak jauh yang mengguncang dunia.

  • Heartbleed (OpenSSL) — celah kebocoran data yang bertahun-tahun tidak terdeteksi.

  • Backdoor XZ Utils (CVE-2024-3094) — penyisipan kode berbahaya pada utilitas Linux yang digunakan luas.

Kejadian-kejadian ini menunjukkan betapa dalam dan luasnya komponen open-source digunakan—dan betapa berbahayanya jika komponen tersebut tidak aman.

Karena itu, keamanan open-source bukan pilihan, tetapi keharusan.


Risiko-Risiko yang Dihadapi Perangkat Lunak Open-Source

Walaupun open-source memberikan banyak manfaat, ada sejumlah risiko unik yang perlu dipahami:

1. Kerentanan di Rantai Dependency

Aplikasi modern bisa memiliki ratusan dependency. Beberapa di antaranya menarik library tambahan yang tidak disadari developer. Kerentanan dalam dependency tingkat bawah dapat membahayakan seluruh aplikasi.

2. Proyek yang Tidak Lagi Dikelola

Tidak semua proyek open-source aktif diperbarui. Tanpa perawatan, library tersebut bisa memiliki kerentanan yang tidak ditangani dan dependency yang usang.

3. Serangan Supply Chain

Penyerang kini menargetkan sumber upstream: menyisipkan kode berbahaya dalam repositori atau akun maintainer. Sekali masuk, kode tersebut menyebar ke ribuan aplikasi downstream.

4. Risiko Modifikasi Kode

Model kontribusi terbuka berarti siapa pun bisa mengajukan code. Tanpa proses review yang ketat, kode berbahaya bisa lolos.


8 Praktik Terbaik Keamanan Open-Source

Untuk menjaga keamanan komponen open-source, organisasi harus menerapkan pendekatan proaktif. Berikut delapan praktik terbaik yang sangat direkomendasikan.


1. Buat Inventaris Lengkap Komponen Open-Source

Inventaris lengkap atau Software Bill of Materials (SBOM) membantu organisasi memahami komponen apa yang digunakan dan di mana posisinya.

Manfaat SBOM:

  • Melacak library dan dependency

  • Mengidentifikasi komponen rentan

  • Mempermudah manajemen patch

Gunakan alat otomatis untuk menghasilkan dan memperbarui SBOM secara berkala.


2. Gunakan Sumber yang Tepercaya dan Terverifikasi

Selalu unduh komponen dari repository resmi.
Tips tambahan:

  • Gunakan repository tepercaya

  • Verifikasi paket menggunakan sigstore atau tanda tangan digital

  • Periksa integritas file sebelum digunakan

Ini membantu mengurangi risiko supply chain.


3. Perbarui dan Patch Dependency Secara Rutin

Library yang usang adalah titik serang utama.
Pastikan untuk:

  • Segera memasang patch ketika kerentanan diumumkan

  • Menggunakan alat otomatis seperti Dependabot

  • Mengintegrasikan update ke pipeline CI/CD

Memperbarui dependency adalah langkah pertahanan paling efektif.


4. Lakukan Assessment Keamanan Secara Berkala

Gunakan pendekatan kombinasi: otomatis dan manual.
Termasuk:

  • Code review

  • Pemindaian kerentanan

  • Pemeriksaan dependency

  • Audit konfigurasi

  • Penetration testing

OWASP Dependency-Check dapat membantu mengotomatiskan pemindaian.


5. Pantau Kerentanan Secara Real-Time

Kerentanan baru muncul setiap hari.
Organisasi harus:

  • Menggunakan sistem pemantauan kerentanan real-time

  • Mengikuti advisori keamanan

  • Mengevaluasi eksposur secara berkala

Pemantauan proaktif mencegah risiko meningkat tanpa disadari.


6. Tegakkan Kepatuhan Lisensi

Setiap komponen open-source memiliki lisensi yang berbeda dan dapat memengaruhi cara software digunakan.

Gunakan alat seperti:

  • Deps.dev

  • FOSSA

Ini membantu mengautomasi audit lisensi dan memastikan kepatuhan legal.


7. Integrasikan Keamanan ke dalam DevOps (DevSecOps)

Keamanan harus menjadi bagian dari siklus pengembangan, bukan tambahan di akhir.
DevSecOps mencakup:

  • Assessment keamanan sejak tahap awal

  • Pemindaian otomatis pada setiap tahap CI/CD

  • Edukasi keamanan untuk developer

Dengan ini, masalah dapat ditemukan jauh lebih cepat.


8. Terapkan Praktik Secure Coding

Pengkodean aman adalah pondasi utama aplikasi yang kuat.
Praktik penting:

  • Validasi input

  • Enkripsi

  • Tidak menyimpan kredensial secara hardcoded

  • Prinsip least privilege

  • Penggunaan alat seperti ESLint atau SonarQube

Praktik ini mengurangi kemungkinan munculnya kerentanan.


Alat dan Solusi untuk Keamanan Open-Source

Strategi keamanan yang baik memerlukan alat yang tepat, di antaranya:

  • Software Composition Analysis (SCA) — mengidentifikasi komponen dan kerentanannya.

  • Static Application Security Testing (SAST) — memeriksa kode sumber secara statis.

  • Dependency Monitoring Tools — seperti npm audit atau Maven audit.

Platform modern seperti Wiz menawarkan:

  • Pemindaian agentless

  • Deteksi kerentanan real-time

  • SBOM terpusat

  • Visibilitas lintas cloud

  • Workflow remediation otomatis

Dengan kompleksitas cloud yang meningkat, visibilitas menyeluruh menjadi kebutuhan kritis.


Kesimpulan

Perangkat lunak open-source menjadi fondasi inovasi modern, tetapi juga membawa risiko keamanan yang signifikan. Dengan menerapkan praktik terbaik—mulai dari penggunaan SBOM, pemantauan kerentanan, DevSecOps, hingga secure coding—organisasi dapat memperkuat software supply chain mereka.

Di tahun 2025 dan seterusnya, organisasi yang memprioritaskan keamanan open-source akan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk melindungi aplikasi, data pengguna, serta menjaga kepercayaan pelanggan di tengah meningkatnya ancaman siber


Btech DevSecOps Managed Services: Solusi Praktis untuk Keamanan Development Modern

Bagi organisasi yang ingin memperkuat keamanan tanpa harus membangun tim DevSecOps dari nol, Btech DevSecOps Managed Services menawarkan solusi komprehensif yang mencakup integrasi keamanan otomatis di seluruh pipeline pengembangan. Layanan ini membantu perusahaan menerapkan SCA, SAST, pemindaian container, keamanan cloud, hingga konfigurasi SBOM secara terpusat. Dengan tim ahli berpengalaman, Btech memastikan setiap tahapan pengembangan—dari coding, build, deployment hingga produksi—mematuhi standar keamanan industri. Hasilnya, organisasi dapat mengembangkan produk lebih cepat, mengurangi risiko kerentanan, dan meningkatkan keandalan tanpa membebani tim internal.

contact@btech.id / +62-811-1123-242