Jangan Salah Kaprah! Ini bedanya Free Software, Freeware, dan Open Source Software
Sebagai seorang DevOps atau Engineer, perlu diketahui bahwa istilah dalam industri pengembangan perangkat lunak samar-samar terdengar sama. Seperti Free Software, Freeware, dan Open Source. Ketiganya memiliki fungsi yang beda, namun terdengar sama baik secara fungsi dan maknanya. Sebelum Kamu jatuh lebih dalam ke dunia perangkat lunak, ada baiknya kamu pahami isi dan perbedaan dari setiap istilah tersebut, sehingga nantinya Kamu dapat membuat keputusan yang tepat ketika kamu akan merancang bahkan membangun infrastruktur teknologi sendiri.
Dalam artikel ini, kami akan mengulas perbedaan utama antara istilah-istilah Free Software, Freeware, dan Open Source Software, simak baik-baik ya!
Free Software
Perlu diingat, kata ‘free’ pada Free Software itu merujuk pada bebas, bukan gratis! Kebingungan soal makna kata ‘free’ umumnya jadi salah kaprah utama dalam istilah perkomputeran, BBuds.
Menurut Free Software Foundation (FSF), sebuah organisasi nirlaba yang mendukung pengembangan perangkat lunak bebas, “perangkat lunak bebas adalah perangkat lunak yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk berbagi, mempelajari, dan memodifikasinya.” FSF menciptakan istilah tersebut pada 1980-an.
Jenis perangkat lunak ini memungkinkan Kamu untuk melakukan apa pun yang Kamu inginkan dengannya, bahkan meningkatkan versi perangkat lunaknya dan mengambil keuntungan dari penggunaannya!
FSF menegaskan bahwa perangkat lunak bebas harus mematuhi empat pilar kebebasan berikut:
-
Kebebasan untuk menyebarkan perangkat lunak untuk kasus penggunaan apa pun tanpa batasan apa pun. Misalnya, mengatakan bahwa lisensi suatu program kedaluwarsa setelah 30 hari membuatnya tidak bebas.
-
Kebebasan untuk mempelajari cara kerja perangkat lunak dan memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Anda.
-
Kebebasan untuk mendistribusikan ulang perangkat lunak secara bebas untuk membantu seseorang yang membutuhkan. Redistribusi dapat dilakukan dengan biaya atau tanpa biaya.
-
Kebebasan untuk meningkatkan kinerja perangkat lunak dan merilis perangkat tambahan Anda agar bermanfaat bagi komunitas—baik programmer maupun non-programmer. Anda dapat melakukan ini dengan biaya atau tanpa biaya.
FSF menekankan bahwa perangkat lunak bebas tidak terbatas pada penggunaan non-komersial. Program komersial pun diperbolehkan untuk mengambil keuntungan dari perangkat lunak bebas ini. Selain itu, sebagai lawan dari freeware, perangkat lunak bebas memungkinkan penggunanya untuk mengakses kode sumber.
Freeware
Biasanya, freeware mengacu pada perangkat lunak yang dapat Kamu gunakan secara gratis. Kata ‘free’ pada freeware, berbeda dengan Free Software, merujuk pada ‘gratis’.
Dengan ke-gratisan-nya, Freeware membatasi penggunaan perangkat lunaknya sehingga fungsinya sangat berbanding terbalik dengan Free Software.
Fitur yang dibatasi pada Freeware umumnya adalah batasan pada modifikasi, redistribusi, atau perbaikan lainnya tidak dapat dilakukan tanpa seizin dari pengembang utamanya. Freeware menambahkan fiturnya ketika para penggunanya menyetujui untuk mengeluarkan biaya. Dari situ, freeware akan membuka fitur yang dibatasi sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh para penggunanya.
Dari sistem penggunaan freeware yang seperti itu, muncul istilah Freemium. Freemium mengacu pada program perangkat lunak tanpa biaya, tetapi jika Kamu membayar biaya tambahan, terdapat fitur gratis yang membuat Kamu berbeda dengan pengguna lainnya. Pembayaran tadi gunanya untuk menjadikan kamu pengguna Premium yang benefitnya memiliki akses dan fitur yang lebih banyak dari pada pengguna gratisan.
Open Source Software
Istilah open source diperkenalkan pada akhir 1990-an sebagai tanggapan atas keterbatasan perangkat lunak bebas atau free software. Istilah open source sedikit banyak memiliki pengertian yang sama dengan free software, hanya saja, open source menekankan fungsinya pada manfaat praktis dari “perangkat lunak bebas”, yakni mendukung kolaborasi dalam proyek pengembangan perangkat lunak.
Open source adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu / lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas (biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet). Pola pengembangan ini mengambil model ala bazaar, sehingga pola open source ini memiliki ciri bagi komunitasnya yaitu adanya dorongan yang bersumber dari budaya memberi, yang artinya ketika suatu komunitas menggunakan sebuah program Open Source dan telah menerima sebuah manfaat kemudian akan termotivasi untuk menimbulkan sebuah pertanyaan apa yang bisa pengguna berikan balik kepada orang banyak.
Open Source Initiative (OSI), organisasi nirlaba yang mendukung pengembangan perangkat lunak sumber terbuka, menegaskan bahwa setiap perangkat lunak sumber terbuka harus mematuhi kriteria berikut:
-
Distribusi ulang perangkat lunak secara gratis.
-
Kode sumber harus tersedia untuk umum.
-
Perangkat lunak dapat dimodifikasi dan didistribusikan dalam format yang berbeda dari perangkat lunak aslinya.
-
Perangkat lunak tidak boleh mendiskriminasi orang atau kelompok.
-
Perangkat lunak tidak boleh membatasi penggunaan perangkat lunak lain.
Organisasi tersebut menambahkan bahwa istilah tersebut memberikan “cara yang berharga untuk terlibat dengan pengguna dan pengembang perangkat lunak potensial, dan meyakinkan mereka untuk membuat dan meningkatkan kode sumber dengan berpartisipasi dalam komunitas yang terlibat.”. Atas dasar itu, penggunaan open source jadi semacam komunitas pengguna dan pengembang yang transparan dan saling membantu satu sama lain.
Kesimpulan
Nah, dari ketiga istilah rancu yang memiliki nama yang hampir, fungsi dan kegunaan dari perangkat lunak di atas berbeda-beda. Jika Kamu seorang DevOps atau Engineer muda yang sebelumnya kebingungan mengetahui perbedaan di antara ketiga istilah tersebut, semoga kini Kamu tercerahkan, ya!
Baca juga: 3 MITOS OPEN SOURCE SOFTWARE YANG PERLU DIKETAHUI KEBENARANNYA